Sabtu, 02 April 2016

Bugar dengan Freeletics

Seminggu yang lalu saya diajak oleh seorang rekan untuk ikut latihan freeletics. Waktu itu saya tidak tahu apa itu freeletics. "Sudah ikut saja," kata teman saya.
Sesuai yang disepakati, saya pun datang ke alun-alun Sidoarjo pada pk 16.30. Ternyata saya sudah agak terlambat. Sesampainya di sana teman saya dan beberapa teman-temannya sudah selesai latihan. Saya perhatikan ternyata freeletics seperti calisthenics. Olahraga yang bertujuan memperkuat otot tubuh tapi tidak menggunakan alat tertentu, hanya mengandalkan pada massa tubuh dan gravitasi. Saya tanyakan ke teman saya, apa bedanya freeletics dengan calisthenics? Atau keduanya memang sama? Teman saya bilang bahwa freeletics adalah cabang dari calisthenics, tapi dia tidak menjelaskan lebih dalam lagi. Ya pada intinya sama-sama olahraga untuk kebugaran dan kekuatan otot.
Karena saya datangnya waktu itu sudah terlalu sore, maka saya tidak jadi ikut latihan. Kata teman saya kalau ingin ikut latihan lagi silahkan saja datang di hari rabu malam atau hari sabtu pagi.
Sabtu berikutnya (hari ini) saya putuskan datang. Saya celingak-celinguk mencari teman saya tidak kelihatan. Terlihat ada beberapa orang yang memang sedang latihan tapi saya tidak melihat teman saya. Ada salah seorang dari mereka yang menghampiri saya dan bilang kalau mau ikut latihan langsung gabung saja. Ternyata teman saya sedang ada keperluan jadi tidak bisa hadir di latihan hari ini. Akhirnya saya tetap ikut pelatihan saja karena penasaran dengan freeletics.
Karena saya datang agak terlambat (lagi) saya diberi pengarahan tersendiri. Peserta yang lain sudah masuk gerakan inti, sedangkan saya masih belum pemanasan. Salah seorang instrukturnya mengajari saya melakukan pemanasan. Awal-awalnya masih oke, hanya peregangan biasa. Kemudian semakin lama, gerakannya semakin ekstrim (bagi saya). Dan itu masih belum seberapa. Gerakan intinya jauh lebih ekstrim.
Sebenernya gerakan-gerakannya hanya push up, squad, dll tapi dilakukan secara repetitif dalam 3 ronde. Semakin besar rondenya, semakin banyak repetitifnya. Hanya saja, bagi saya yang jarang olahraga, ini tentu adalah cobaan yang berat. Waktu melihat instrukturnya memeragakan gerakan, sepertinya mudah. Tapi begitu mempraktikkan sendiri, langsung deh terasa capeknya. Baru beberapa gerakan saya sudah ngos-ngosan. "Kalau tidak kuat, bisa berhenti sebentar," kata salah satu peserta di samping saya. Karena gengsi dibilang tidak kuat, saya tetap melanjutkan. Tapi apa daya, tubuh sudah kelelahan akhirnya berhenti juga.
Ketika rehat dari ronde 2 ke ronde 3, saya kok merasa agak pusing. Saya berhenti sebentar. Sampai rehatnya selesai kok masih pusing, akhirnya saya tidak ikut ronde 3. Malah perut saya jadi agak mual-mual. Ingin muntah tapi tidaj bisa keluar. Apa karena tadi belum sarapan, pikir saya. Tapi kata salah satu peserta yang sudah ikut latihan freeletics beberapa kali, gejala seperti itu lumrah bagi pemula karena tubuh kita sedang beradaptasi. Nanti kalau latihanya sudah lebih sering, gejala tsb akan hilang dengan sendirinya.
Ronde 3 pun selesai tanpa saya. Setelah itu dilanjutkan dengan pendinginan. Ternyata pendinginannya dengan gerakan yoga. Karena di rumah sudah sering latihan yoga secara otodidak, hal ini tidak menjadi masalah bagi saya. Peserta yang lain terlihat agak kaku dan canggung ketika melakukan yoga. Di antara semua sesi latihan, ini yang paling menyegarkan. Bisa relakasasi di taman kota, belum pernah saya melakukannya.
Dengan berakhirnya sesi pendinginan, berakhir pulalah latihan hari ini. Setelah itu peserta saling beramah tamah satu sama lain. Peserta yang lain kebanyakan tampaknya usianya lebih muda dari saya. Untungnya wajah saya awet muda jadi tidak merasa paling tua hehehe...
Freeletics ternyata olahraga yang cukup berat, bagi mereka yang tidak terbiasa melakukan. Tapi kalau sudah sering latihan, tentunya terasa ringan. Teman saya malah katanya bisa push up sampai 1000x dan belum ada yang mengalahkan rekornya. Luar biasa.
Teman saya ini juga merupakan salah satu pendiri komunitas freeletics sidoarjo. Sebelumnya dia ikut yang di Surabaya, kemudian dia dan beberapa rekan lain yang berdomisili di Sidoarjo memutuskan untuk membuka cabang di Sidoarjo. Usia komunitasnya sendiri masih muda, belum ada 1 tahun. Tapi anggotanya sejauh ini sudah sampai sekitar 25 orang.
Jadi demikian pengalaman saya mencoba freeletics untuk pertama kalinya. Rasanya luar biasa... Dan sekarang tinggal terasa capeknya. Tapi insya Allah jangka panjang akan terasa manfaatnya. Sampai jumpa di latihan berikutnya

Tidak ada komentar: