Rabu, 20 April 2016

Makhluk Penjeruji

Louie mengendap-endap di balik semak-semak. Dilihatnya dua sosok makhluk sangat besar sedang berada di tempat ia biasa bermain.

Louie belum pernah melihat makhluk seperti itu. Bentuknya aneh dan cara berjalannya pun tidak sama dengan dia.

Kedua makhluk ini tampak sedang mengais-ngais tanah, seolah sedang mencari sesuatu. Semakin lama, mereka berjalan ke arah Louie berdiri. Dengan sigap, Louie segera berlari sebelum salah satu dari makhluk itu melihat dirinya.

Louie berlari kencang dan tidak menoleh ke belakang. Jantungnya berdetak begitu kencang, hampir sekencang larinya.

"Ibu, ibu!!!" teriak Louie begitu melihat ibunya.

"Ada apa anakku? Jangan berlari-lari dan berteriak-teriak seperti itu. Yang lain akan mengira kau habis melihat hantu."

"Bukan hantu, Ibu. Aku melihat sesuatu yang jauh lebih buruk."

"Apa yang kau lihat, Sayang?"

"Aku melihat makhluk yang sangat aneh. Ukurannya sangat besar dan cara berjalannya sangat berbeda dengan kita ataupun hewan-hewan yang pernah aku lihat. Mereka sedang mengais-ngais tanah di dekat tempat Ibu biasa mengajakku untuk memetik kopi."

Wajah ibu Louie langsung berubah pucat. Matanya menerawang jauh seolah teringat sesuatu yang teramat buruk.

"Apakah mereka melihatmu? Apakah mereka mengikutimu kemari?" tanya Ibu kepada Louie.

"Kurasa tidak. Aku berlari sejauh mungkin sebelum mereka melihatku. Aku sangat takut, Ibu."

"Anak pintar. Kau memang seharusnya takut dengan mereka. Kau harus menjauh dari mereka. Jangan sekali-sekali mencoba untuk menantang mereka."

"Makhluk apa mereka itu, Ibu?"

"Kita tidak membicarakan tentang mereka. Aku bahkan bergidik hanya untuk memikirkan mereka. Makhluk-mahluk itu telah banyak berbuat buruk terhadap kaum kita."

"Apa yang telah mereka lakukan? Bagaimana Ibu bisa tahu? Apa Ibu pernah bertemu mereka?"

"Kau terlalu banyak bertanya, anakku. Tapi ada baiknya aku menceritakan semua kepadamu supaya kau bisa lebih waspada seandainya bertemu mereka lagi. Duduklah dahulu supaya kau lebih tenang.

Bertahun-tahun yang lalu, ibu pernah tinggal dengan makhluk-makhluk ini. Ibu bahkan dilahirkan di dunia mereka. Ibu tidak mengenal dunia di luar selain Ibu berada.

Ibu diletakkan di dalam sebuah tempat yang dikelilingi oleh jeruji besi. Ibu dan semua kerabat Ibu lahir dan besar di balik jeruji tersebut.

Kami diberi makan oleh makhluk-makhluk ini. Mereka tidak pernah membiarkan kami kelaparan. Kau mungkin berpikir mereka adalah makhluk yang baik hati karena telah berbuat demikian. Tapi meletakkan kami semua di balik jeruji seumur hidup kami, tidak akan bisa ditebus dengan hanya memberikan kami makan yang layak.

Kebebasan merupakan harta yang tak ternilai. Tapi ibu tidak pernah menyadari semua itu sebelum bertemu ayahmu. Ia sosok yang sangat bebas dan tidak bisa dikekang.

Ayahmu tidak dilahirkan dan dibesarkan di balik jeruji seperti Ibu. Ia berasal dari alam kebebasan, di mana ia bisa dengan sesuka hati pergi ke mana pun.

Awalnya Ibu mengira kehidupan di balik jeruji adalah hidup yang paling baik. Karena hanya itu yang Ibu tahu. Dari yang Ibu alami ataupun dari cerita-cerita kerabat Ibu. Mereka mengatakan hal-hal yang buruk tentang dunia di luar sana. Hanya di sini lah, dunia di balik jeruji, kau akan aman dan selalu kenyang. Tapi mereka salah.

Para makhluk ini punya kebiasaan unik ketika memberi kami makan. Mereka akan menggiring kami ke tempat yang lebih luas dari tempat kami biasa tidur, namun tetap di balik jeruji. Di sana kami di biarkan memilih makanan apa pun yang kami suka. Di antara makanan favorit kami adalah kopi.

Kopi memang terasa enak, namun kaum kita tidak bisa mencernanya dengan baik. Sehingga seringkali kopi yang telah kita makan akan keluar lagi bersama dengan kotoran yang kita keluarkan.

Para makhluk ini seringkali mencari sisa-sisa kopi di antara kotoran kami. Sungguh biadap. Entah apa yang akan mereka lakukan dengan itu. Salah seorang kerabat Ibu bilang bahwa mereka membuat minuman dari sisa kopi di kotoran kami. Mereka memang makhluk yang aneh.

Suatu hari, ketika acara makan berlangsung, tanpa sengaja Ibu melihat ayahmu berada di balik jeruji, di dunia bebas. Ia berlari ke sana kemari sambil menggoda Ibu. Pada saat itu juga Ibu jatuh cinta padanya. Sejak saat itu Ibu tidak pernah bisa berhenti memikirkan Ayahmu.

Saat Ibu menceritakan hal ini kepada kerabat Ibu, mereka menyuruhku untuk tidak menemuinya lagi. Dengan alasan bahwa ayahmu tidak baik untuk Ibu. Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik di dunia yang aman ini.

Tapi Ibu tidak ingin laki-laki lain, Ibu hanya mencintai ayahmu. Kami sering bertemu diam-diam ketika acara makan berlangsung. Ketika ada kerabat Ibu yang datang atau salah satu dari makhluk besar itu mendekat kami akan segera berpisah. Ayahmu berusaha supaya tidak tertangkap oleh makhluk-makhluk ini karena ia telah menyusun rencana untuk membebaskan Ibu.

Dan akhirnya pada hari yang ditentukan, Ibu berhasil melarikan diri bersama ayahmu. Kami berlari sejauh mungkin dari dunia di balik jeruji itu. Ibu tidak ingin kembali ke sana. Dan Ibu telah memutuskan hal yang benar. Karena kami telah mendapatkan anugrah terindah yang pernah ada, yaitu dirimu."

Louie belum pernah mendengar cerita ini sebelumnya dari siapapun. Kekaguman Louie terhadap kedua orang tuanya semakin bertambah.

"Tapi Ibu, apa nama makhluk-makhluk ini?" tanya Louie yang masih ingin tahu.

"Mereka menyebut diri mereka manusia. Dan mereka menyebut kaum kita luwak. Mereka suka mencari sisa-sisa biji kopi dalam kotoran kita. Mereka akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya, termasuk menangkap kaum kita yang bebas dan meletakkannya di balik jeruji besi untuk beranak pinak di sana sehingga memberikan banyak biji kopi untuk mereka."

"Aku takut sekali, Ibu."

"Janganlah kau takut, anakku. Selama ayah dan ibu berada di sisimu, kami akan melindungimu dengan segenap jiwa raga kami. Kau juga harus gentar sehingga bilamana kau sendirian kau mampu menyelamatkan dirimu sendiri. Sekarang mari kita pulang. Ayahmu mungkin sudah mencari kita sekarang."

Louie pergi mengikuti ibunya, ke arah rumah mereka di alam bebas. Sejauh mungkin menghindar dari para makhluk yang akan menempatkan mereka di balik jeruji.

12 komentar:

Unknown mengatakan...

Bagus mas, pov luwak :D

Unknown mengatakan...

Xixixi makasih mbak olif. Iseng2 aja. Mencoba berempati dg luwak heheheeh

Swastikha mengatakan...

Wah. Fabel yang keren :)

Unknown mengatakan...

Wah sarapan kopi luwak pagi-pagi, keren nich. . . . semangat berkarya mas Arsa, , ,

Unknown mengatakan...

Wah sarapan kopi luwak pagi-pagi, keren nich. . . . semangat berkarya mas Arsa, , ,

Unknown mengatakan...

Nice one :)
sudut pandangannya menarik

Unknown mengatakan...

Trims mbak tika. Mohon masukannya kalo ada yg perlu diperbaiki

Unknown mengatakan...

Makasih mbak. Ini terinpirasi dari luwak wc kmrn lho hehehe

Unknown mengatakan...

Trims mbak. Aku jd lapar nih mbak hbs baca fish n chipmu 😀

Unknown mengatakan...

Ku kira tadi mau nyeriatain orang terus ketemu mahkluk yg menyeramkan. Ternyata luak yaa... mantap mas

Unknown mengatakan...

Ku kira tadi mau nyeriatain orang terus ketemu mahkluk yg menyeramkan. Ternyata luak yaa... mantap mas

Unknown mengatakan...

Terima kasih Mas Rizqi. Eh cerita yg ttg kehidupan pondok dulu sudah ada lanjutannya? Penasaran nih lanjutan ceritanya gimana